Harmonic, Populerkan Musik Bergenre Etnik

Harmonic, Populerkan Musik Bergenre Etnik

25 Desember 2010 19:13:46

M
eski masih menyandang predikat mahasiswa baru 2010, lima mahasiswa yang terkumpul dalam grup musik Harmonic telah menorehkan prestasi. Juara satu kompetisi musik akustik yang diadakan oleh KOMPAS berhasil diraih oleh grup akustik berpenampilan apik ini.
Kampus ITS, ITS Online - Perpaduan perkusi, gitar, bass, dan vokal di lagu kemesraan danjingle KOMPAS dimainkan secara apik oleh Harmonic di putaran final lomba akustik KOMPAS. Harmonic mengklaim genre musik akustik mereka adalah etnik eksperimental, karena banyak suara yang dihasilkan bukan dari alat musik sesungguhnya.

Genre etnik eksperimental masih belum banyak digunakan oleh grup musik akustik. Terdengar suara ombak, kicau burung, dan gemercik air di musik mereka yang berbeda dengan musik lainnya. "Kami dari ITS," ungkap mereka di akhir penampilan final lomba akustik KOMPAS Muda yang digelar pada Jumat (12/18).

Harmonic beranggotakan lima mahasiswa yaitu Rifandi Septiawan dan Aulifio Hariananda dari jurusan Arsitektur, Mohammad Rizal Rizki dari jurusan Planologi, Revi Mahardika dari jurusan Planologi, tidak ketinggalan Indra Bagus Aji Pangestu dari jurusan Teknik Fisika. Kesemuanya berasal dari angkatan tahun pertama dan baru dibentuk sebulan sebelum lomba dimulai.

 "Awalnya yang menggagas grup Harmonic adalah Aulifio dan Revi yang berasal dari SMA yang sama," papar Rifandi Septiawan. Sedangkan yang lain menyusul,Rifandi sendiri merupakan anggota yang direkrut paling akhir. Semua anggota memiliki latar belakang musik berbeda yaitu klasik, jazz, dan metal bergabung satu menjadi grup musik akustik.

Pada babak penyisihan di Grand City, mereka bersaing dengan tiga puluh peserta pelajar dan mahasiswa. "Awalnya kami tak yakin bisa lolos ke final, apalagi saingan kami ada yang bergenre salsa dan bermain dengan rapi,"cerita Rifandi. Pada awal bermain musik, mereka hanya menggunakan alat musik biasa yaitu gitar, perkusi, dan bass. Mahasiswa asal Jakarta ini menuturkan hanya latihan beberapa kali sebelum lomba.

Strategi baru disiapkan saat putaran final melawan tujuh belas grup akustik yang terseleksi. "Aulifio yang awalnya punya ide untuk membuat suara-suara bukan dari alat musik," jelas Rifandi. Ia menuturkan suara ombak berasal dari kacang hijau yang ada di tempeh, suara air berasal dari air yang dijatuhkan dari tempayan, suara burung dari seruling mainan, dan banyak lagi suara mainan lainnya.

Kreativitas musik Harmonic membuat mereka tampil di seminar internasional 2nd APTECS 2010. "Kaget juga karena tiba-tiba diminta untuk jadi pengisi," ujar Rifandi. Nantinya grup musik yang telah terbentuk ini akan mengadakan latihan rutin tiap minggunya.
"Semoga musik etnik menjadi populer di ITS," harap Rifandi yang menilai peminat seni musik di ITS masih kurang. Meskipun masih maba, lanjut Rifandi, jika memiliki bakat aktiflah mengikuti lomba. "Siapa tahu bisa menang dan membanggakan ITS" pungkasnya. (el/az)

Lihat penampilan mereka


1 comment: